Sportify.id - Sejumlah 39 pendayung perempuan yang tergabung dalam komunitas Indonesia Women Paddler (IWP) melakukan aksi bersih “Clean Seas, Clean Mind” di hutan mangrove Taman Wisata Alam Angke Kapuk (TWA-AK), Jakarta Utara, Minggu 27 Oktober 2024.
Dengan berkendara 23 kayak laut single, 2 kayak double, dan 13 Stand Up Paddle (SUP) board, perempuan-perempuan ini mendayung dengan lincahnya, blusukan diantara rimbunan pohon-pohon Mangrove untuk memungut sampah-sampah plastik yang terjebak di antara akar-akar Mangrove.
Tak kurang dari 9 karung dengan berat 85,6 kg sampah plastik berhasil dikumpulkan. Sampah ini nantinya akan dipilah dan diolah, sebelum menjadi residu oleh pihak TWA Angke Kapuk.
Kegiatan ini bertujuan untuk membantu menjaga ekosistem yang vital bagi keanekaragaman hayati, terutama bagi spesies laut, burung, dan tanaman yang hidup di lingkungan tersebut.
Sebagaimana kita ketahui, bahwa Mangrove juga berfungsi sebagai penyangga alami untuk melindungi pesisir dari abrasi dan gelombang besar, sehingga kebersihannya penting untuk kelestarian lingkungan.
Kegiatan ini adalah awal dari gerakan bersih alam yang dilakukan secara kolaboratif bersama komunitas pendayung perempuan yang pada kali ini diwakili oleh komunitas Sea Kayak dan SUP.
Melalui aksi nyata ini, komunitas pendayung perempuan berharap bahwa gaungnya akan dapat mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga ekosistem Mangrove dan mengurangi sampah plastik.
Kegiatan ini menunjukkan peran langsung perempuan dalam menjaga lingkungan, menginspirasi komunitas lain untuk ikut ambil bagian dalam gerakan hijau dan menjadi simbol pemberdayaan perempuan dalam aksi lingkungan.
Sebagian besar peserta mengalami kesulitan saat mengangkat dan mengeluarkan sampah plastik yang sebagian telah terjerat di akar mangrove yang tumbuh, bahkan terdapat peserta yang terbalik karena menjangkau terlalu jauh dan menarik sampah terlalu kuat. Bagi sebagian peserta, tantangan ini menumbuhkan komitmen dalam diri untuk lebih bijak dalam mengkonsumsi makanan berkemasan plastik.
Hal ini juga menjadi harapan dari salah satu founder IWP, Ammy Kadarharutami Saragih, seorang psikolog yang mengangkat tema “Clean seas, clean mind” untuk kegaitan ini. Dengan tema yang diusung berkenaan dengan peringatan World Mental Health yang jatuh pada 10 October 2024 itu, maka sebelum memulai kegiatan, peserta diajak untuk memahami proses mindfulness. Pemahaman ini, nantinya akan dipraktekkan peserta untuk melakukan penyadaran atas kekuatan diri, selama melakukan pendayungan dan memungut sampah.
Diharapkan, dengan kekuatan diri yang telah disadari, semua peserta dapat mengkontribusikannya dalam upaya-upaya konservasi demi menjaga kelestarian bumi.
Kegiatan konservasi yang merupakan bentuk rasa terima kasih pada bumi, pada akhirnya diharapkan dapat membersihkan jiwa para pelakunya.
Menurut Ketua Umum IWP, Tense Manalu, sebagai pendayung perempuan yang dekat dengan air, kami menunjukkan bahwa perempuan memiliki andil besar dalam konservasi alam dan dapat memimpin kegiatan yang bermanfaat bagi ekosistem serta komunitas sekitar.
Kegiatan ini juga akan terus berlanjut dengan anggota yang lebih banyak dan daya jangkau yaang lebih jauh seperti Kepualauan Seribu pada tahun mendatang. IWP sendiri adalah komunitas pendayung yang didirikan oleh 6 perempuan dengan berbagai profesi , namun memiliki minat yang sama di kegiatan petualangan.
Pada awal 2000-an kelompok ini menggagas komunitas “Female Trekkers for Lupus” dan melakukan ekspedisi pendakian gunung di Indonesia, maupun berbagai negara untuk kampanye penyakit Lupus.
Setelah itu, lalu malang melintang sebagai Tim Rafting Divisi Masters Women yang mewakili Indonesia dalam kejuaraan dunia arung jeram untuk divisi Master (usia di atas 40 tahun) dan kemudian meluaskan diri untuk juga menjajal beberapa kegiatan dayung lainnya di luar arung jeram, seperti Sea Kayak, Dragon Boat dan SUP.
Menurut Ir. Ken Savitri Ambarsari, MBA., Direktur PT Murindra Karyalestari selaku Pemegang Perizinan Berusaha Pengusahaan Sarana Jasa Lingkungan Wisata Alam (PB-PSWA) di TWA-AK, sampah yang ada di perairan hutan mangrove TWA-AK merupakan sampah yang terbawa saat pasang surut air laut di utara jakarta.
Menyikapi masalah ini, pengelola telah berupaya melakukan pencegahan dengan pemasangan jebakan sampah di kanal yang melewati TWA-AK dan bermuara di Laut Jawa.
Selain itu pembersihan sampah juga dilakukan secara reguler, namun ketika sampah dari laut terus berdatangan ke kawasan mangrove, pada akhirnya kami mengalami kesulitan dalam membersihkannya.
Oleh karena itu, kami sangat mengapresiasi inisiatif IWP yang berkolaborasi dengan The Mangrove Paddle Center TWA-AK dan komunitas pendayung serta pihak lain yang telah melakukan aksi bersih kawasan mangrove di TWA-AK.
Aksi ini mendukung terciptanya kondisi pesisir dan hutan mangrove yang bersih serta sehat sehingga bisa menjadi habita flora fauna dan meningkatkan daya tarik bagi wisatawan. Selain itu gerakan bersih-bersih ini membantu meningkatkan daya tarik ekowisata yang akhirnya dapat mendukung ekonomi lokal sekaligus mempromosikan pariwisata yang bertanggung jawab._
Dengan membersihkan pesisir, gerakan ini berupaya mengurangi sampah plastik yang terbuang ke laut, yang bisa membahayakan hewan laut dan merusak kesehatan ekosistem pesisir. Sampah plastik dapat mengancam biota laut yang menjadikan hutan Mangrove sebagai habitatnya, sehingga kebersihan mangrove sangat penting untuk mendukung keberlanjutan ekosistem.
Mangrove adalah penyerap karbon yang sangat efisien dan berperan penting dalam mitigasi perubahan iklim. Dengan menjaga kebersihan dan kelestariannya, komunitas pendayung perempuan turut berkontribusi dalam melindungi salah satu ekosistem penting yang mampu menyerap emisi karbon dan mengurangi dampak pemanasan global.
Melalui gerakan ini, komunitas pendayung perempuan menunjukkan bahwa olahraga dan kepedulian lingkungan dapat berjalan beriringan, menciptakan dampak positif bagi alam, masyarakat, dan diri mereka sendiri sebagai pelaku perubahan.